Thursday, September 27, 2007

Internet Mahal, Monopolikah ?

Semakin berkembanganya internet, maka banyak sekali perusahaan-perusahaan besar yang ingin mengembankan dalam bisnis internet service provider (ISP). Telkom sebagai perusahaan yang paling besar dalam komunikasi pun tidak mau ketinggalan, munculnya ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) yaitu teknologi data komunikasi yang memungkinkan transmisi data yang cepat melalui kabel telepon.

Sedangkan provider lain yang menggunakan kabel (cable access) yaitu perangkat keras yang menyambungkan PC dengan sambungan TV kabel. Jaringan ini dapat dipakai untuk koneksi internet, dengan kecepatan 27Mbps untuk downstream/ 2,5 untuk upstream.Salah satu provider ini adalah fastnet.

SUngguh ironis dimana suatu kebutuhan internet sudah menjadi bagian dari masyarakat akan tetapi untuk menggunkannya membutuhkan biaya yang cukup besar. Akan tetapi hal ini sudah membaik sejak munculnya speedy ADSL dimana untuk mengakses internet menjadi lebih mudah. Tetapi apakah harganya sebanding dengan kualitas dan demand atau permintaan dari konsumen ?

Secara logika ADSL dibandingkan dengan Kabel, sesungguhkan kualitas ADSL lebih tinggi dan kecepatan juga lebih baik. Kenyataan yang terjadi adalah telkom sebagai satu-satunya provider ADSL memberikan harga yang sangat tinggi dan tidak sebanding dengan kabel. Saya sebagai salah satu pengguna ADSL merasa kecewa karena, dengan bermuculan berbagai provider khususnya kabel mreka memberikan harga yang sangat jauh berbeda dengan kecepatan yang lebih baik (walau kabel bersifat tidak stabil namun cukup memuaskan). Mengapa saya mengatakan begitu karena dengan harga yang harus konsumen bayar, kualitas y ang diberikan baik.
Akan tetapi Telkom sebagai satu-satunya alat komunikasi yang paling banyak menjangkau seluruh nusantara semestinya memberikan pelayan yang baik dengan harga terjangkau sehingga seluruh masyarakat dapat menggunakan layanan untuk berinternet.

Kabel sebagai salah satu penyedia yang menggunakan perantara lain, membutuhkan suatu jaringan yang harus dibangun dibawah tanah, yaitu kabel TV/Internet. Sehingga cakupan yang diberikan tidak mencakup seluruh daerah. APalagi hanya untuk daerah-daerah yang dinilai cukup berpotensi dari segi financial. Seharusnya justru telkom yang telah mencakup dapat memberikan kualitas dan harga yang terjangkau, bukan kabel yang hanya untuk di daerah-daerah tertentu, hal ini sangat ironis.

Perbandingan speed yang diberikan oleh ADSL mencapai 384 Kbps, dan harga yang harus dibayar khusus unlimited access sangat tinggi mencapai Rp.825.000 (delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah). Dibandingkan dengan kabel dimana speed yang diberikan mencapai 2Mbps untuk harga 1 juta keatas, sedangkan yang 512Kbps hanya sekitar 200 ribu rupiah saja. Padahal ADSL dapat memiliki kecepatan diatas 1Mbps dengan kualitas yang sangat-sangat baik, dalam hal ini saya sebagai pelanggan memberikan acungan jempol untuk kualitas yang diberikan bertolak belakang dengan harga yang saya harus bayar.

Tentunya kita melihat hal ini sangatlah mengecewakan, dan apakah ini hanya monopoli telkom demi mencapai keuntungan belaka, karena cakupan yang luas sehingga dimanfaatkan oleh mereka? sebaiknya kita berpikir kembali, apakah kita sebagai masyarakat dan konsumen dirugikan apa karena kita keterpaksaan.

Semoga pemerintah menanggapi hal tersebut dan memperbaiki kinerja seluruh komunikasi di Indonesia khususnya internet.